Anies Baswedan, lahir di Kuningan, Jawa Barat 7 Mei 1969 namun ia menghabiskan masa kecilnya di Yogyakarta. Anies memulai pendidikan formalnya pada usia lima tahun di TK Masjid Syuhada di Kota Baru, Yogyakarta. Memasuki usia enam tahun, Anies masuk ke SD Laboratori Yogyakarta dan melanjut ke SMP Negeri 5. Setelah lulus SMP, ia masuk ke SMAN 2 Yogyakarta dan terpilih dalam program pertukaran pelajar selama satu tahun di Milwaukee, Wisconsin, Amerika Serikat (1987-1988). Sehingga Anies menajalani masa SMA selama empat tahun (1985-1989).
Selama belajar di AS, Anies Baswedan menemukan banyak pengalaman baru yang tidak terlupakan dan membuat pola berpikirnya menjadi lebih terbuka. Anies pun menjadi semakin kritis setiap kali melihat kejanggalan-kejanggalan di sekelilingnya. Pada tahun 1989, Anies masuk ke Universitas Gadjah Mada dan berhasil merampungkan kuliahnya pada tahun 1995. Semasa kuliah, ia aktif sebagai Aktivis mahasiswa dan tampil sebagai Ketua Umum Senat Mahasiswa UGM. Karena keaktifannya pula, Anies berhasil mendapat beasiswa dari Japan Airlines Foundation untuk mengikuti kuliah musim panas bidang Asian Studies di Universitas Sophia di Tokyo, Jepang.
Setelah lulus kuliah, Anies Baswedan bekerja di Pusat Antar Universitas Studi Ekonomi di UGM. Anies kemudian mendapatkan beasiswa Fulbright untuk pendidikan Master Bidang International Security and Economic Policy di University of Maryland, College Park. Selama kuliah di sana, ia dianugerahi William P. Cole III Fellow di Maryland School of Public Policy, ICF Scholarship, dan ASEAN Student Award. Ia juga aktif menulis artikel mengenai desentralisasi, demokrasi, dan politik Islam di Indonesia serta menjadi pembicara dalam berbagai konferensi.
Pulang dari Amerika, Anies Baswedan bekerja sebagai National Advisor bidang desentralisasi dan otonomi daerah di Partnership for Governance Reform, Jakarta (2006-2007). Ia juga pernah menjadi peneliti utama di Lembaga Survei Indonesia (LSI) tahun 2005-2007 dan Direktur Riset pada The Indonesian Institute. Pada tahun 2005, ia menjadi peserta Gerald Maryanov Fellow di Departemen Ilmu Politik di Universitas Northern Illinois dengan disertasinya tentang Otonomi Daerah dan Pola Demokrasi di Indonesia.
Hingga suatu ketika, Anies ditawari menjadi rektor di Universitas Paramadina (UPM). Namun Anies tidak segera mengiyakan tawaran itu. Apalagi saat itu, ia masih menjabat sebagai Direktur Riset di The Indonesian Institute, yang penghasilannya melampau gaji seorang rektor. Namun untuk menjawab tantangan tersebut, ia menetapkan tiga kriteria sebelum akhirnya memutuskan. Yaitu, apakah secara intelektual ia bisa bertumbuh, apakah dirinya tetap bisa menjalankan tanggung jawabnya sebagai kepala rumah tangga, dan apakah amanat ini mempunyai pengaruh sosial.
Setelah menimbang dengan matang, Anies Baswedan memutuskan menerima tawaran itu dan resmi menjadi Rektor Universitas Paramadina pada 15 Mei 2007. Ia dilantik menggantikan cendekiawan intelektual Muslim, Nurcholish Madjid, salah satu pendiri universitas tersebut. Anies Baswedan menerima jabatan itu saat ia berusia 38 tahun dan menjadi rektor termuda di Indonesia.
Sebagai rektor, Anies Baswedan bertekad menyukseskan program UPM untuk menyiapkan generasi masa depan Indonesia. Menurut Anies, jika ingin mengubah wajah negeri ini (Indonesia), maka harus fokus pada anak muda dan bidang pendidikan, dan pendidikan yang terbaik hanyalah di universitas. Ia terinspirasi dari pernyataan Joseph Nye, Dekan Kennedy School of Government di Harvard University, AS. Dekan tersebut mengemukakan salah satu kunci keberhasilan universitasnya adalah admit only the best, hanya menerima yang terbaik.
Usaha Anies Baswedan dalam memajukan pendidikan telah memikat perhatian masyarakat internasional. Ia menjadi satu-satunya orang Indonesia yang masuk dalam daftar 100 Intelektual Publik Dunia, yang dipublikasikan Majalah Foreign Policy Mei 2008, jurnal berpengaruh terbitan Amerika Serikat. Anies masuk dalam jajaran tokoh-tokoh dunia yaitu tokoh perdamaian, Noam Chomsky dan para penerima penghargaan Nobel, seperti Shirin Ebadi, Al Gore, Muhammad Yunus, dan Amartya Sen, serta Vaclav Havel, filsuf, negarawan, sastrawan, dan ikon demokrasi dari Ceko.
Tahun berikutnya, Anies menerima penghargaan dari World Economic Forum yang berpusat di Davos, yang memilih Anies sebagai salah satu Young Global Leaders (Februari 2009). Namanya disejajarkan bersama 230 orang Pemimpin Muda Dunia. Anies dipandang memiliki prestasi dan komitmen dalam memperbaiki keadaan masyarakat. Penghargaan yang diterima Anies tersebut sekaligus menambah panjang daftar tokoh intelektual Indonesia yang pernah mengharumkan nama Indonesia di tingkat internasional. Sebelumnya, sudah ada Presiden Soekarno, Sjahrir, Agus Salim, dan sebagainya.
Pada April 2010, Anies Baswedan terpilih sebagai satu dari 20 tokoh yang membawa perubahan dunia untuk 20 tahun mendatang versi majalah Foresight yang terbit di Jepang. Majalah tersebut menampilkan 20 tokoh yang diperkirakan akan menjadi perhatian dunia dan membawa perubahan dunia dalam dua dekade mendatang. Anies masuk dalam deretan nama tokoh dunia lainnya, seperti Perdana
Menteri Rusia Vladimir Putin, Presiden Venezuela Hugo Chavez, Menlu Inggris David Miliband, anggota Parlemen dan Sekjen Indian National Congress India Rahul Gandhi, serta
politisi muda AS, Paul Ryan dari Partai Republik dan anggota House of Representative AS.
Gerakan Indonesia Mengajar
Sejak Gerakan Indonesia Mengajar digagas, banyak anak-anak muda yang tertarik untuk bergabung. Mereka tamatan dari berbagai universitas ternama seperti UI, ITB, UGM, Unair, Unpad, Undip, Universitas Paramadina, ITS, dan Unhas dengan nilai kelulusan atau IP rata-rata di atas 3. Mereka berangkat atas keikhlasan sendiri, bahkan ada yang rela meninggalkan pekerjaannya yang cukup menjanjikan. Dengan satu tujuan mereka ingin menjadi inspirasi dan cahaya bagi para siswa yang kurang beruntung di daerah terpencil.
Orang-orang muda berusia di bawah 25 tahun yang bergerak di bawah naungan Yayasan “Indonesia Mengajar” (indonesiamengajar.org) ini siap dengan kemungkinan mereka akan berhadapan dengan warga dan murid-murid yang belum tahu berbahasa Indonesia, penginapan di desa yang hanya sekadarnya, transportasi dan listrik yang belum ada, maupun makanan yang ala kadarnya.
Program ini menurut Anies Baswedan merupakan bagian dari upaya untuk mengisi kekurangan guru di tingkat sekolah dasar di pelosok Indonesia. Ke-51 pengajar muda itu dikirim ke daerah terpencil di 5 kabupaten (Bengkalis-Riau, Tulang Bawang Barat-Lampung, Passer-Kaltim, Majene-Sulbar dan Halmahera Selatan-Maluku Utara). Sejak Gerakan Indonesia Mengajar digagas, Yayasan Gerakan Indonesia Mengajar telah berhasil mendidik dan mengirimkan Pengajar Muda ke pelbagai daerah. Dari empat gelombang yang sudah dilakukan, sebanyak 241 generasi muda terpilih telah ditempatkan di 134 desa di 16 kabupaten di Indonesia.
Profil dan Biografi Anies Baswedan Menteri Budaya Pendidikan Dasar dan Menengah
PENDIDIKAN
- Fakultas Ekonomi, Universitas Gajah Mada
- Gelar Master dari School of Public Policy,Universitas Maryland
- Gelar Doktor Ilmu Politik Northern Illinois University
KARIR
- (1994 - 1996) Pusat Antar Universitas, UGM
- (2000) Peneliti, Pusat Penelitian, Evaluasi dan Kajian Kebijakan, Northern Illinois University
- (2005 - 2007) Peneliti Utama, Lembaga Survei Indonesia
- (2006 - 2007) Kemitraan untuk Reformasi Tata Kelola Pemerintahan
- (2006 - 2007) National Advisor, bidang desentralisasi dan otonomi daerah, Kemitraan bagi Pembaruan Tata Pemerintahan
- (sejak 2007) Rektor Universitas Paramadina
- Moderator, dalam acara debat calon presiden 2009
- (2009) Anggota, Tim-8 dalam kasus dugaan pidana pimpinan KPK yaitu Bibit dan Chandra
- (2010) Presenter, program Save Our Nation, Metro TV
- (2010) Presenter, Young Global Leaders Summit, Tanzania, Afrika
- Pendiri gerakan Indonesia Mengajar
PENGHARGAAN
- (1987) AFS Intercultural Program, Milwaukee High School, Wisconsin, AS
- (1993) JAL Scholarship
- (1997-1998) Fulbright Scholarship
- (1998) William P Cole III Fellowship, Universitas Maryland
- (1998) ASEAN Students Assistance Awards Program
- (1999-2003) Indonesian Cultural Foundation Scholarship
- (2004-2005) Gerald Maryanov Fellow, Northern Illinois University
- (2005) William P. Cole III Fellow di Maryland School of Public Policy, ICF Scholarship, dan ASEAN Student Award
- (2008) 100 Intelektual Publik Dunia versi Foreign Policy
- (2009) Young Global Leaders versi Economic Forum
- (2010) 20 Pemimpin Masa Depan Dunia versi majalah Foresight
- (2010) Nakasone Yasuhiro Awards oleh International Policy Studies (IIPS)
- (2010) 500 Muslim Paling Berpengaruh di Dunia versi Royal Islamic Strategic Studies Centre
Post a Comment